Jumat, 26 Maret 2010

Nicholas Anelka: " Islam Memberikan Kekuatan Baru "



" Islam mengubah dirinya menjadi disiplin dan penuh konsentrasi, sehingga menjadikannya pencetak gol terbanyak ".




Negara Turki telah memberikan pencerahan kepada pemain bola top asal Prancis. Setelah Franck Ribery, ternyata Nicholas Anelka juga mendapat hidayah Tuhan, menjadi muslim, ketika dikontrak bermain bola oleh salah satu klub kaya Turki, Fenerbahce, pada tahun 2004 yang lalu.

Negara yang secara geografis membentang di benua Asia dan Eropa itu memang memiliki warisan Islam yang indah dan megah, dan masih terpeliharan hingga hari ini. Islam pernah berjaya di negeri tersebut dan Turki merupakan salah satu kekuatan yang disegani di Abad Pertengahan. Peninggalannya masih terpelihara dengan baik meski Islam tidak lagi dinyatakan sebagai agama negara.

Di klub Fenerbahce inilah Anelka mengucapkan dua kalimah syahadat. Sejak menyatakan diri sebagai muslim, ia menyandang nama Abdul-Salam Bilal. Sebelum itu, ia telah malang melintang di berbagai kota besar dengan klub kaya raya. Namun di tempat-tempat tersebut ia merasa hampa, karena selama itu ia memang tidak pernah menganut suatu agama. Nah, ketika pengembaraannya sampai ke Turki, Allah SWT menurunkan hidayah kepada pria Prancis kelahiran Versailles 14 Maret 1979 ini.

Ia mengaku mulai tertarik untuk menjadi muslim sejak umur 16 tahun, yaitu ketika ia banyak bergaul dan menjalin persahabatan dengan keluarga-keluarga muslim di Trappes, sebuah kota kecil di pinggiran barat Paris. Dari pergaulan yang intens itu ia merasa bahwa Islam adalah sistem yang cocok untuk hidupnya. “Saya merasa nyaman dan tenang dengan agama Islam,” katanya kepada wartawan.

“Tapi ini masalah pribadi, dan tidak perlu dibicarakan secara terbuka.”

Dengan sikap seperti itu, tidak semua orang tahu bahwa Anelka adalah seorang muslim. Ia memang tidak pernah menunjukkan keislamannya seperti halnya Ribery. Seperti diketahui, Ribery selalu memanjatkan doa sebelum memulai kiprahnya bermain bola, yaitu dengan mengangkat kedua belah tangannya.

Apabila Ribery kemudian menikah dengan wanita muslim asal Maroko yang diyakini sebagai pendorong baginya untuk memeluk Islam, tidak demikian dengan Anelka. Pada 2007, ia menikah di Maroko, tapi dengan gadis asal Belgia, Barbara Tausia, yang berprofesi sebagai koreografer. Ia punya rencana untuk tinggal di Uni Emirat Arab setelah pensiun dari bola dan menghabiskan hari tuanya di sana.

Nicholas Anelka banyak menunjukkan perubahan kepribadian setelah memeluk Islam. Ketika masih bermain untuk Liverpool, Arsenal (Inggris), dan Real Madrid (Spanyol), ia dikenal sangat temperamental. Terkadang teman-temannya sering merasa serba salah ketika berbicara dengannya. Meski dikenal pendiam, kalau sudah merumput di lapangan hijau dia sangat garang, terutama di daerah lawan. Ia memang benar-benar haus gol.
Menjadi muslim, prestasinya makin bersinar, ia menjadi pencetak gol terbanyak di klub Chelsea (Inggris) pada musim kompetisi liga primer 2008/2009. Ia mampu mengoleksi 22 gol. Untuk itu ia mendapat gelar The Golden Boot Premiership.

Apa resepnya atas sukses tersebut? “Islam banyak membantu saya untuk bisa bersikap tenang dan berkonsentrasi serta memiliki semangat tinggi. Saya senang menjadi seorang muslim. Islam adalah agama yang tenang, dan saya banyak belajar dari Islam,” tutur Anelka ketika ditanya para pemburu berita. Sebagai muslim, Anelka, alias Abdul-Salam Bilal, makin terlihat arif dan bijaksana.

Pemain Muda Terbaik
Anelka mengawali karier sepak bolanya di klub Paris Saint-Germain. Bakatnya kian menonjol ketika kemudian diboyong ke Inggris oleh klub Arsenal. Sehingga ia berhasil merengkuh prestasi sebagai pemain muda terbaik versi PFA (Professional Footballers’ Association).

Lepas dari Arsenal, ia hengkang ke Spanyol pada 1999 dan bermain untuk klub kaya raya bertabur bintang kelas dunia, Los Galaticos, Real Madrid. Namun, di klub yang mentransfer dirinya senilai 22,3 juta poundsterling itu ternyata ia tidak bertahan lama. Ia kemudian pulang mudik ke Paris Saint-Germain, dengan transfer 20 juta pound.

Meski sudah nyaman bermain di negeri sendiri, Inggris tetap mengibarkan bendera tantangan dan iming-iming baginya. Ia kemudian bermain untuk Liverpool meski dengan status pinjaman. Usai dari klub yang sekota dengan grup musik The Beatles ini, Anelka bukannya pulang kandang, melainkan meneruskan pengembaraannya ke Manchester City, 2002-2005 – sebelum klub ini dimiliki oleh Syaikh Manshoor dari Uni Emirat Arab.

Ternyata, di klub yang sekota dengan Manchester United (klub bola jawara Inggris) ini, ia bertahan selama tiga musim kompetisi, sebelum akhirnya terbang ke Turki karena dibeli oleh klub Fenerbahce pada musim kompetisi 2006-2007.

Di Turki, kehidupan ruhaninya pun berubah. Anelka, yang selama itu tidak peduli dengan agama dan pembinaan ruhani, akhirnya merasakan indahnya Islam. Namun sesungguhnya itu telah dirasakannya sejak mulai bergaul dengan keluarga-keluarga muslim di Trappes, Paris Barat.

Berbekal agama Islam, ia kemudian kembali ke Inggris dan bermain untuk klub “The Blues” Chelsea. Dengan pengendalian emosi dan disiplin yang tinggi, ia berhasil mengoleksi 22 gol, jumlah gol terbanyak yang hanya bisa diraih pemain bola terbaik yang sudah menemukan jati diri dan tujuan hidup. Bill

Tidak ada komentar:

Posting Komentar